Friday, April 20, 2012

Sebuah Monolog



Malam ini bisa dipastikan ia akan lebih berkhidmat dalam setiap doa-doanya. Entahlah di hari yang ia tunggu-tunggu kehadirannya, ia justru menerima cerminan perangai abu-abu seseorang yang telah menjadi teman  dekatnya selama ini. Bukan salah temannya itu, tapi memang ia-lah sang pemilik kuasa atas segala tingkah lakunya sendiri. Sudah banyak yang telah diberikan Allah kepadanya, namun ia hanya bisa menyia-nyiakan segala nikmat itu. Ia lupa akan kandungan surah Ar-Rahman yang begitu syahdu namun tetap kuat untuk tidak beralasan atas segala nikmat yang telah ia dapat selama ini. Tapi apa yang dilakukan temannya itu pun juga tidak mencerminkan ia makhluk yang suci, Racaunya. Aaah masih saja tidak berubah dengan prasangka buruk itu. Masih berkutat dengan sering menyalahkan keadaan, menyalahkan lingkungan, menyalahkan orang lain. Sudahlah, kau tak akan bisa berubah sebelum kau merubah dirimu sendiri, Racaunya lagi.

Di hari ini, entah sudah yang keberapa kali ia berjanji pada dirinya sendiri, untuk berubah. Namun sejalan dengan janji tersebut, semakin bertambah juga segala kekhilafan yang diperbuat. Ahh bukankah manusia itu tempatnya salah, racauannya kembali menentang. Baiklah, tidak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Pastinya ini sudah diatur oleh Allah untuk "menyentil" atas segala tingkah lakumu selama ini, kali ini sisi "putih" darinya yang berujar bijak.


Akhirnya tanpa bisa mengetahui siapakah yang salah ia kembali dari komunikasi dengan dirinya sendiri. Yang ia tau saat ini, ia masih diberikan kesempatan Allah untuk memperbaiki semuanya. Selama ia masih hidup, ia akan berjuang. Tapiiii....Stooppp.. Alhamdulillah, ia berhasil menghalau racauan kotor dirinya sendiri. Ia pun terus berjalan, terus menanti sebuah harapan, dan berharap Allah akan segera memberikannya petunjuk di persimpangan ini.



Salam,

Fahmi Alfian (@fahmiial)

0 komentar:

Post a Comment

 
;