
Sedikit permainan berbeda, sederhana tapi membuat siapapun yang mengalaminya merasakan tidak enaknya jika salah satu bagian dari tubuh ini tidak lengkap.
Permainannya sederhana, hanya menutup mata selama 30 menit, apapun yang dilakukan dalam 30 menit tersebut harus dilakukan dengan mata tertutup, kecuali untuk buang air, itupun menuju toiletnya harus diantar oleh instruktur sampai depan pintu toilet, dan memakai kembali penutup mata ketika keluar dari pintu toilet.
Kita hanya bisa percaya pada diri kita sendiri dan instruktur ketika melakukan moving dengan mata tertutup. Berbekal percaya itulah kita bisa melakukan aktivitas meski kita "tidak lengkap". Sungguh sebuah rasa syukur kembali terucap pada apa yang kita punya. Meski mata sering sekali menampakkan kepada kita sebuah pandangan yang palsu, tetapi kita sangat membutuhkannya. Dalam permainan tersebut, selain kepercayaan dibutuhkan juga indra pendengaran yang sangat berperan penting dalam permainan ini. Selama 30 menit kita dipisahkan dari kelompok kita, dan harus bisa berkumpul kembali dengan bantuan suara dari masing - masing anggota kelompok. Hal ini jelas berbeda dengan mata yang menampakkan pandangan palsu kepada kita, telinga bekerja dengan jujur. jika kita mendengar 'A' itupun karena apa yang terucap adalah 'A', terlepas dari apakah 'A' tersebut sebuah kebenaran atau tidak, dan itu semua tergantung pada apa yang dilakukan oleh kombinasi mulut dan lidah.