Sebenernya sudah lama dapat tulisan ini dari sebuah milis, tapi baru merasakan langsung beberapa hari ini. Merasa benar juga bahwa hati ini berpengaruh juga dalam pengambilan keputusan yang diproses oleh otak kita. Ketika hati diliputi 'penyakit' riya, iri, dengki, sombong dan lainya, maka secara otomatis otak akan menerima input dari apa yang dirasakan oleh hati. Mungkin posting dibawah ini cukup menjelaskan, semoga bermanfaat
Posting ini dishare dari sebuah milis yang ditulis oleh Ahmad guntar (seorang technopreneur, public speaker, dan penulis), dengan referensi dari Rollin McCraty, The Scientific Role of the Heart in Learning and Performance, Institute of HeartMath, 2003.
Sejak sekian lama manusia telah meyakini jantung (heart, atau hati kalau kata orang Indonesia) sebagai tempatnya emosi, keberanian, dan kebijaksanaan. Di Islam sendiri dikenal: “Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, yang apabila segumpal daging tersebut baik, maka akan baik pula seluruh tubuh, dan apabila segumpal daging tersebut rusak, maka akan rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal daging tersebut adalah hati (jantung).”
Jantung ternyata pegang peran yang amat penting bagi baik buruknya keputusan yang manusia ambil yg otomatis pada baik buruknya manusia itu sendiri.
Dari sekian peneliti psychophysiological untuk hubungan otak dan jantung, beberapanya adalah John dan Beatrice Lacey. Melalui 20 tahun penelitian, mereka temukan bahwa jantung berkomunikasi dengan otak dalam cara-cara yang secara signifikan mempengaruhi bagaimana cara kita memandang dan bereaksi terhadap fenomena. Kedua peneliti itu juga menemukan betapa jantung sepertinya punya logika “anehnya” sendiri yang memiliki alur berbeda (dan mandiri) dari arahan dari sistem syaraf tak-sadar (autonomic). Jantung ini tampak selalu mengirimkan pesan sarat-makna kepada otak yang tidak hanya dipahami oleh si otak, namun juga dipatuhi. Maka menariknya, pesan dari jantung tersebut akan berpengaruh pada pilihan perilaku seseorang.
Pada 1991, Dr. J. Andrew Armour memperkenalkan konsep “otak jantung”. Hasil kerjanya menyatakan bahwa jantung memiliki sistem syaraf intrinsik kompleks yang sedemikian rumitnya hingga bisa dikata bahwa dia memiliki “otak kecil”nya sendiri. Jantung memiliki sistem sirkuit yang menjadikannya mampu bertindak independen atas otak – untuk secara mandiri belajar, mengingat, dan bahkan merasa dan mengindera.
Sistem syarat jantung terdiri dari 40.000 neuron yang disebut sensory neurites. Komunikasi antara jantung dan otak dilakukan melalui jalur afferent. Melaluinya, sinyal sakit (pain) dan sensasi rasa lain masuk ke otak, tepatnya yang disebut medulla. Lebih dari itu, ada juga sinyal yang terus masuk lebih dalam ke wilayah otak sedemikian rupa berpengaruh pada persepsi, pengambilan keputusan dan proses kognitif yang lain.
he heart is the most powerful generator of rhythmic information patterns in the human body.
Institute of Heartmath menemukan bahwa manakala pola ritme otak bersifat baik dan koheren, informasi syaraf yang dikirimkan ke otak akan memfasilitasi cortical function. Efek darinya adalah: kejelasan pikiran yang meningkat, kemampuan pengambilan keputusan yang lebih baik, dan meningkatnya daya kreatif. Sebagai tambahan, input yang koheren dan positif dari jantung cenderung akan membentuk cara pandang dan rasa yang baik.
"Since emotional processes can work faster than the mind, it takes a power stronger than the mind to bend perception, override emotional circuitry, and provide us with intuitive feeling instead. It takes the power of the heart."~Doc Childre, founder, Institute of Heart
Manakala kemudian di Al Quran surat Al A’raf (surat 7) ayat 179 dikatakan:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami [3] dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat [2], dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar [1]. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
[1] Telinga, jelas untuk mendengar
[2] Mata, jelas untuk melihat
[3] Hati atau jantung, adalah untuk memahami
Jika yang kita inginkan adalah kebaikan, maka mari kita baikkan jantung kita agar kita dianugerahi cara pandang yang baik dan benar untuk bisa memiliki pengertian yang benar, bijak, dan memuliakan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment